Saham BUMI: Anda Untung atau Buntung?

Saham BUMI adalah saham yang selalu menjadi saham fenomenal di Bursa Efek. Sudah berkali-kali BUMI selalu menjadi saham yang dikoleksi, digembar-gemborkan ketika harga saham BUMI tiba2 bergerak naik drastis. Sehingga, di kalangan trader BUMI ini disebut sebagai saham sejuta umat.

Sebenarnya BUMI sendiri pernah masuk dalam jajaran saham blue chip tahun 2008. Namun karena kinerja fundamental BUMI yang anjlok, kondisi ekonomi yang sedang lesu, dan harga batu bara turun, membuat BUMI akhirnya sempat menjadi saham tidur cukup lama. 

Tetapi saat BUMI mulai bergerak, ada banyak rumor positif tentang saham BUMI, BUMI mulai kembali bergerak, mayoritas trader mulai ikut memborong saham BUMI ini. 


Perhatikan grafik BUMI diatas. Ini adalah masa-masa di mana BUMI mengalami titik 'puncaknya' tapi kemudian BUMI kembali longsor. Pada saat BUMI mulai bergerak naik dari Rp50 (tanda persegi), para trader mulai optimis, sebagian besar  trader ritel melakukan akumulasi. 

Pada waktu itu, mulai banyak trader yang memamerkan profitnya dari saham BUMI, muncullah analis-analisa dadakan, dan rumor2 yang mengatakan fundamental BUMI akan membaik dalam jangka panjang (entah apa dasarnya, padahal BUMI ini naik hanya karena isu-isu sesaat dan sewaktu2 bisa balik lagi ke harga gocap seperti ELTY dan kawan2). 

Rasa optimis terhadap BUMI ini semakin berapi-api setelah BUMI berhasil break dari resisten psikologisnya 500 (saat itu di 520). Prediksi-prediksi tentang harga wajar saham BUMI mulai banyak saya dengar. Ada yang mengatakan harga wajar BUMI 1.000. 

Ada yang mengatakan BUMI akan dinaikkan sampai 900. Ada yang mengatakan BUMI bagus untuk investasi jangka panjang dan analisa-analisa positif lain tentang BUMI bermunculan terus.

Para trader yang belum membeli sahamnya akhirnya nggak mau ketinggalan. Banyak sekali trader yang masuk di saat BUMI sudah naik ke 490-520 ini. Hasilnya sudah bisa kita tebak.

Begitu BUMI menyentuh 520, BUMI bukannya naik ke 900 atau ke 1.000 seperti yang diprediksi trader dan analis-analis dadakan sebelumnya, melainkan BUMI turun teratur sampai ke harga 180. Sampai sekarang, seolah tidak ada kabar lagi dengan saham BUMI ini.

Saya juga pernah bahas pelajaran teknikal BUMI, terutama tentang psikologis bandar disini: Analisa Saham BUMI : Permainan Psikologis Saham BUMI. 

Nah pada saat BUMI mulai turun ke 300-an itu, saya dapat pertanyaan2 dari trader yang menanyakan bagaimana prospek BUMI, apakah BUMI akan balik ke 500, apakah BUMI masih turun lagi dan banyak pertanyaan lainnya. 

Saya ingat betul kejadian saham BUMI ini, dan ini adalah kesekian kalinya banyak trader yang nyangkut di saham hanya karena trader mendengar rumor, mendengar kata analis, kata trader lain tanpa melakukan analisa dan riset terlebih dahulu.

Padahal di laporan keuangan BUMI saat itu, sama sekali tidak ada tanda2 bahwa fundamentalnya bakalan cemerlang dalam waktu dekat. Saham BUMI kemudian mengingatkan saya pada saham BEKS yang pada waktu itu sangat ramai, serta diburu para trader karena rumor fundamentalnya yang membaik. 

Pada waktu itu, di pos ini: Analisis Jangka Panjang Saham BEKS, saya juga sudah menuliskan analisa fundamental BEKS sekaligus memberikan warning untuk para trader maupun investor agar tidak terjebak dengan rumor2 yang beredar ini. 

Kembali lagi, pada grafik BUMI diatas bahkan selama beberapa tahun, BUMI nyaris balik lagi ke gocap, ke harga 80-100... Walaupun akhirnya BUMI berhasil naik sampai 180. Tapi tetap saja BUMI masih jauuuh dari harga awalnya. 

Meskipun sewaktu-waktu BUMI bisa naik lagi, tetapi dari historis2 yang ada, kita semua hendaknya mengambil pelajaran berharga... 

Di saat BUMI naik ke 500, saya bahkan ditanya oleh rekan2 trader: Kenapa nggak ikutan beli sahamnya? BUMI bakalan naik lagi tuh, sayang sekali Bung Heze kalau nggak ikutan di saham sejuta umat ini.. 

Karena saya tidak menemukan alasan yang lebih rasional kenapa BUMI ini naik begitu banyak, selain rumor2 dan overrated-nya saham BUMI ini tadi, maka saya nggak ikutan. Saya hanya trading jangka pendek di BUMI saat BUMI baru saja memulai tren naiknya. Tapi setelah itu.. Well, saya sudah cari saham2 lainnya. 

Itulah kenapa anda perlu memiliki analisa sebelum beli saham. Jangan beli saham hanya karena anda tidak mau terlihat konyol di saat saham tersebut booming, dan anda nggak pegang sahamnya. Saya pernah tuliskan hal itu disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.

Apakah anda yang pernah beli saham BUMI, anda untung ataukah malah tambah buntung? Apakah sekarang justru saham anda nyangkut? Well, itu bukanlah masalah besar selama anda masih ada modal untuk trading. 

Anggap saja ini adalah biaya belajar saham, supaya kedepan para trader saham tidak mengulangi hal yang sama. Dan inilah tujuan saya menulis pos ini, agar bisa menjadi pembelajaran untuk anda dan juga saya. 

Saham BUMI ini hendaknya bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama, terutama para trader dan juga investor. Karena hal-hal seperti ini, bukan hanya terjadi di saham BUMI saja. Di pasar saham pasti akan anda temui kasus yang mirip2 dengan BUMI ini, yaitu.... 

Saham yang booming yang karena rumor, isu yang digoreng buat meningkatkan optimisme anda dan saya trader ritel.. Di saat itu mulai muncul para pakar2 dadakan yang memberikan prediksi yang baik2 tentang saham tersebut. 

Di saat saham sudah naik tinggi, dan optimisme trader ritel terus berlanjut, disitulah bandar mulai menjual sahamnya besar2an. Sehingga trader yang sudah membeli, tidak bisa menjual untung. 

Masalahnya, anda tidak tahu kapan suatu saham akan dijatuhkan oleh bandar dalam jumlah besar. Apalagi kalau anda sudah terlanjur optimis, maka anda bisa berpotensi menjadi trader yang greed dan mulai lupa logika. 

Dari saham BUMI ini, mari kita sebagai trader maupun investor belajar untuk lebih menggunakan analisa dan riset sebelum membeli saham... Jangan sampai trader terjebak dan mengulang kesalahan yang sama.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Subscribe to receive free email updates:

Terkini